CINTA YANG
HILANG
karya : Ifa Avianti
Jam
sudah menunjukkan pukul 06.55 WIB,aku masih menunggu mobil angkot yang lewat.
Aku melihat ke jalan,akhirnya mobil angkot lewat juga. Aku langsung menaiki
angkot itu. Angkot berjalan begitu cepatnya. Tak terasa aku telah sampai di
depan sekolahku. Aku segera berlari,sebentar lagi kelas akan masuk. Kelasku
paling ujung dari kelas yang lainnya. Aku berhenti berlari dan berjalan
perlahan. Heh…untung saja belum ada guru yang masuk. Aku langsung menuju
kursiku. Sudah ada Hanna yang menungguku sejak tadi.“ Telat?”, tanyanya
mengejekkuAku hanya tersenyum padanya. Aku mengeluarkan buku Matematikaku. Tak
lama kemudian,Bu Santi masuk ke dalam kelas. Sungguh,hari ini benar-benar
melelahkan bagiku.Bel berbunyi tiga kali,menandakan kini waktu untuk pulang.
Aku memasukkan buku dan peralatan tulisku ke dalam tas.“ Hari ini ada acara
gak?”, Tanya Hanna“ Gak,kenapa?”“ Ke rumahku ya,aku mau kenalin kamu sama
seseorang”“ Siapa?”“ Sepupuku dari Jakarta”“ Oh..Oke”Aku dan Hanna segera
berlalu dari kelas. Supir pribadi Hanna berdiri di depan mobil dan langsung
membukakan pintu mebilnya untuk kami. Hanna memang anak orang kaya,tetapi ia
tak mempermasalahkan aku dari golongan mana,seperti anak-anak orang kaya yang
lainnya. Mobil berjalan perlahan ketika di depan rumah yang sangat megah itu.
Mobil berhenti,aku dan Hanna keluar dari mobil. Ada seorang wanita berambut
panjang mengenakan daster. Ia langsung membawakan tas milikku dan milik Hanna.
Wow…aku selalu tertegun ketika aku masuk ke dalam rumah Hanna. Banyak guci-guci
besar yang berada di samping sofa ruang tamu. Hanna menarik tanganku dan
berjalan cepat menuju ruang belakang. Kulihat ada taman kecil dan terdapat
kolam ikan yang mungil. Aku melihat ada seorang laki-laki yang sedang membaca
majalah. Wajahnya tertutup oleh majalah itu. Hanna masih menarik tanganku
sampai di depan laki-laki itu.“ Rio..”,sapa Hanna pada laki-laki ituMajalah itu
ia lipat. Aku tertegun melihat wajah laki-laki itu…sungguh tampan.“ Aku mau
kenalin kamu. Ini temen aku,Ratna. Ratna,ini Rio”Aku dan Rio bersalaman. Kami
hanya saling melempar senyum tanpa ada satu katapun. Rio sangat tampan. Dia
juga tinggi dan berkulit putih. Ya ampun…hatiku berdebar saat dekatnya. Rio
menaruh majalahnya di atas kursi malas di belakangnya. Kemudian ia masuk ke
dalam rumah dan tak berkata apa-apa padaku. Apa dia tidak suka padaku,pikirku.“
Maaf ya,Rio itu orangnya pemalu. Tapi dia baik,lama-lama juga kamu dekat sama
dia.” Ujar Hanna meyakinkanku. Waktu terasa cepat,aku mengambil tasku dan
bergegas untuk pulang. Hanna menemaniku sampai di depan rumahnya. Aku tak
melihat Rio dimanapun. Mungkin,aku akan bertemu dengannya lagi lain waktu.Hari
ini aku beruntung lagi,aku tidak di hukum walaupun aku sedikit agak terlambat.
Aku memasukkan buku-bukuku ke dalam tas.“ Ratna,kita jalan yuk..” ajaknya“ Mau
ke mana lagi?”“ Aku mau kamu dekat sama Rio. Mungkin saja kalian nantinya pacaran”,
katanya sambil tertawaAku hanya tertawa mendengar itu. sebenarnya,aku juga
mengharapkan seperti itu. tapi itu sulit,Rio terlalu sempurna bagiku. Aku dan
Hanna berjalan menuju keluar. Hari ini,bukan supirnya yang menunggu kami,tetapi
Rio. Hanna masuk ke dalam mobil bagian belakang supir. Aku mengikuti
Hanna,tetapi ia mendorongku pelan.“ Kamu temani Rio. PDKT..”,bisiknyaAku masuk
ke dalam mobil di sebelah Rio. Rio menyalakan mesin mobil dan berjalan dengan
pelan. Dalam perjalanan,aku dan Rio hanya terdiam dan saling melempar
senyum,hanya ocehan Hanna yang terdengar di dalam mobil. Hanna kemudian diam.
Mobil hening sejenak.“ Ratna,kamu teman sekelas Hanna?”, suara Rio memecah
keheningan“ Iya” jawabku singkatKami terdiam. Tak ada komentar sedikitpun dari
Hanna.“ Oh iya…Ratna,boleh minta nomor HP kamu gak?”“ Boleh”Aku mengetik nomor
HP ku di HP nya.“ Ini”“ terima kasih ya.”“ sama-sama”Mobil berhenti tepat di
depan gang rumahku. Aku turun dan melambaikan tanganku pada mereka.Aku baru
saja selesai sholat isa. Malam ini begitu dingin. Aku mendengar HP ku berbunyi.
Aku melihat ada satu pesan untukku. Hah! Ini dari Rio.Malam. Kalau besok gak
ada acara,aku mau ajak kamu nonton. Besok aku jemput pulang sekolah. BlsRio
mengajakku nonton? Ini kesempatan yang bagus agar aku bisa dekat dengannya. Aku
langsung membalas pesan dari Rio tanpa pikir panjang.Boleh,besok aku gak ada
acara. Aku tunggu.Aku tidak sabar menanti hari esok. Aku akan pergi berdua
dengan Rio.Hari ini aku begitu bersemangat. Sebentar lagi waktunya pulang. Hanna
bingung melihatku begitu ingin cepat-cepat pulang. Bel sekolah berbunyi. Aku
langsung memasukkan bukuku dengan tergesa-gesa. Selesai membereskan buku,aku
keluar kelas meninggalkan Hanna. Hanna berlari mengejarku. Aku melihat Rio
berdiri dekat mobilnya dan tersenyum melihat kedatanganku.“ Oh…ini yang bikin
kamu buru-buru pulang?”, Tanya Hanna menggodaAku hanya tersenyum malu pada
Hanna. Kami masuk ke dalam mobil. Rio mengantar Hanna terlebih dahulu pulang ke
rumahnya. Setelah mengantar Hanna,kami bergegas pergi ke Mall.“ Aku sudah
memesan tiket”,ujarnyaKami seharian pergi berdua. Dari sini lah kami mulai
akrab dan sering pergi berdua. Rio sering meneleponku tiap malam. Menanyakan
apa aku sudah makan,belajar,dan yang lainnya. Aku senang sekali bisa dekat
dengan Rio.Sudah seminggu lebih aku dan Rio dekat,tetapi Rio tak pernah
menyatakan cintanya padaku. Pagi ini aku datang tepat waktu. Aku masuk ke dalam
kelas. Tak seperti biasanya,Hanna belum datang. Bel masuk berbunyi,aku masih
belum juga melihat kehadiran Hanna. Sampai Pak Iwan masuk ke dalam kelas,Hanna
tak muncul-muncul juga. Mungkin hari ini ia tak hadir,apa ia sakit?. Bel pulang
berbunyi,aku segera keluar dari kelas. Aku berniat untuk ke rumah Hanna,mungkin
ia sedang sakit jadi aku ingin menjenguknya. Hp ku berbunyi. Ada satu panggilan
dari Hanna.“ Ratna,bisa kamu ke rumah sakit sekarang”,suara Hanna terdengar
gemetar.“ Iya”,jawabku singkat.Hanna menutup telponnya. Aku bergegas untuk
sampai ke rumah sakit. Aku khawatir pada Hanna,suaranya terdengar seperti ingin
menangis. Ada apa dengan Hanna?Tak lama aku sampai di depan rumah sakit. Aku
berlari sambil menelepon Hanna. Hanna bilang,ia ada di ruang Melati. Aku
bertemu salah satu perawat rumah sakit dan aku meminta untuk diantarkan. Di
lorong rumah sakit,aku melihat dari jauh sosok Hanna. Aku bingung,kenapa Hanna
ada di lorong?. Hanna mendekatiku. Ia diam sambil memandangku.“ Hanna,kamu
kenapa?”, tanyaku heranHanna tak menjawab pertanyaanku. Tiba-tiba Hanna
memelukku dan menangis. Ia menangis tersedu-sedu. Aku memeluknya erat-erat.
Hanna melepaskan pelukanku dan membimbingku ke dalam ruangan. Sebelum masuk ke
dalam,Hanna menggenggam tanganku dengan erat. Aku membuka pintu ruangan dengan
perlahan. Di tempat tidur,aku melihat Rio terbaring lemah. Ada alat oksigen
terpasang di mulutnya. Banyak alat-alat medis terdapat di dekatnya. Aku
terdiam. Aku mendekati rio dengan perlahan. Tangannya aku pegang,dingin sekali.
Aku memanggil namanya dengan suara pelan. Air mataku terjatuh melihat ia tak
meresponku. Aku menangis di dekatnya. Hanna memegang pundakku. Ia membawaku
keluar dari ruangan itu. Kami duduk di kursi lorong.“ Rio terkena Kanker Otak”,
kata Hanna.Aku terkejut mendengarnya. Hanna menatapku dengan sedih. Aku terdiam
menunggu Hanna melanjutkan ucapannya.“ Penyakit itu sudah ada dari Rio masih
kecil. Kata Dokter,ia beruntung bisa hidup lama sampai saat ini. Tadinya Rio
putus asa karena penyakitnya. Tetapi setelah bertemu kamu,ia mau semangat lagi
untuk hidup. Tapi…tapi…”, Hanna menghentikan ucapannya dan menangis. Aku
memeluk Hanna dan menangis.Sudah dua hari ini Rio belum sadar dari komanya.
Setiap pulang sekolah,aku dan Hanna pergi ke rumah sakit untuk menjenguknya.
Aku membawa buku Yasin-ku untuk aku baca di sana. Mobil Hanna berhenti di depan
rumah sakit. Aku dan Hanna turun dari mobil dan bergegas masuk. Kami bergegas
ke ruangan Rio dirawat. Banyak keluarganya yang datang. Aku melihat orang tua
Rio yang sedang makan di kursi lorong. Hanna menyuruhku untuk masuk terlebih
dahulu. Aku masuk dan duduk di kursi samping tempat tidur Rio. Aku membuka
tasku dan mengambil buku Yasin-ku. Aku segera membaca surat Yasin dengan suara
pelan. Aku berhenti membaca ketika aku melihat tangan Rio bergerak. Aku segera
keluar dan memberitahu Hanna dan orang tua Rio. Mereka semua masuk ke dalam
ruangan. Aku berdiri di samping Rio. Rio membuka matanya. Ia melihat
sekelilingnya. Kami semua senang melihat Rio sadar dari komanya. Rio menoleh ke
arahku. Aku tersenyum padanya. Aku tak mau terlihat sedih di depannya. Tangan
Rio kini menggenggam tanganku. Ia menarik tanganku dan aku berada sangat dekat
dengannya.“ Ikhlaskan aku,Ratna”, bisiknyaAku terkejut mendengarnya. Rio
menatapku dan tersenyum padaku. Matanya tertutup lagi. Aku terpaku saat itu.
Keluarga Rio semua panik. Ayah Rio bergegas menekan bel untuk memanggil dokter
ataupun perawat. Tak lama kemudian,seorang dokter dan tiga perawatnya masuk ke
dalam ruangan. Kami semua menunggu di luar. Hanna menggenggam tanganku dengan
erat. Aku takut terjadi sesuatu pada Rio. Pintu ruangan terbuka. Kami semua
berdiri dan mendekati dokter yang keluar dari ruangan itu.“ Bagaimana anak
saya,Dok?”, Tanya Ayah RioDokter itu tak menjawab apa-apa. Ia hanya
menggelengkan kepalanya. Semua menangis saat dokter itu menampakkan wajah yang
sedih. Hanna memelukku erat dan menangis. Aku terdiam mendengarnya. Aku
teringat apa yang Rio bisikan padaku. Air mataku langsung terjatuh. Aku
menangis tersedu-sedu.Siang ini begitu suram. Matahari tertutup oleh awan
hitam,seakan mengantar kepergian Rio. Tubuhnya kini diselimuti oleh kain kafan
yang putih. Sosoknya tak tampak lagi,terkubur dalam tanah. Aku hanya menatap
jasad Rio yang kini kaku dan pucat,sedikit demi sedikit tertutup oleh tanah.
Seorang kiyai berdiri di dekat makam Rio dan membacakan sebuah doa untuk mengantarkan
kepergian Rio. Semua pelayat satu demi satu meninggalkan makamnya. Kini hanya
aku,Hanna,dan kedua orang tua Rio yang masih berada dekat makam. Aku bangkit
dan meninggalkan makam Rio bersama Hanna.“ Ada sesuatu dari Rio buat
kamu,Ratna”Hanna mengambil sesuatu dari kantong bajunya. Aku melihat sebuah
lipatan kertas berwarna merah muda. Hanna memberikan surat itu.“ Ini di tulis
oleh Rio sebelum ia jatuh pingsan dan masuk rumah sakit”, jelasnyaAku membuka
surat itu dengan perlahan. Aku melihat tulisan tangan Rio. Aku membacanya isi
surat itu bersama Hanna.Bahagiaku melihat bahagia wanita yang kucintai.
Bersamanya lepas semua beban yang kurasakan. Tatapan matanya buatku tak sanggup
untuk katakan tidak. Sebenarnya aku hanya ingin mengatakan,aku cinta padamu.Aku
melipat kertas itu kembali. tak pernah kusangka akan secepat ini aku kehilangan
Rio. Aku memasukkan kertas itu ke dalam saku celanaku. Aku berjalan pelan dan
meninggalkan pemakaman. Kuusap air mataku dan berjalan pulang. Aku tidak boleh
menangis,Rio memintaku untuk mengikhlaskan kepergiannya. Aku tahu,aku kini
kehilangn sosok Rio dalam hidupku. Tapi cintanya,masih akan hidup dalam hatiku.
Untuk hari ini dan selamanya…. TAMAT
resensi
CINTA YANG HILANG
Judul : Mencari Belahan Jiwa
Penulis : Ifa Avianti
Penerbit : Gema Insani
Cetakan : November 2006 ( cetakan pertama )
Tebal : 202 halaman
Buku kumpulan Cerpen ini adalah sebuah karya dari seorang penulis yang
bernama Ifa Avianti yang lahir di Jakarta. Ifa adalah lulusan dari Fakultas
Teknik Universitas Indonesia, jurusan Teknik Metalurgi. Tulisannya berupa
cerpen, cerbung, essay dan artikel tersebar pada majalah Annida, Ummi,
Muslimah, Amanah, Sabili, Noor, Safina, Paras, Aisha, tabloid Fikri, Buletin
Hanif, Q-Zone, serta portal Moslemworld.
Menulis beberapa cerpen yang dimuat di antologi bersama teman-teman penulis
Forum Lingkar Pena, yaitu “Sembilan Mata Hati” (Pustaka Annida, Jakarta, 1998),
“Ketika Duka Tersenyum” (FBA Pess, Jakarta,2001), dan “Semua Atas Nama Cinta”
(Ghalia, Jakarta, 2003), serta sebuah novel interaktif bersama berjudul
“Kembara Kasih” (Pustaka Annida, Jakarta, 1999). Tiga tulisannya termuat dalam
antologi kisah nyata para pejuang keadilan bersama Helvi Tiana Rosa, Izzatul
Jannah, dkk yaitu “Bukan Di Negeri Dongeng” (Asy Syaamil, Bandung, 2003) dan
masih banyak lagi karya-karya bersamanya.
Selain menjadi ibu dari putra kecil bernama Akna Mumtaz Ilmi, Ifa sedang
menulis beberapa buah buku, diantaranya adalah “Barbagi Bening Cinta” (Kumpulan
essay, Asy Syaamil, Bandung, 2204, kumcer dewasa “Langit Masih Biru” (Almawardi
Prima, Jakarta, Juli 2005), berbagaii kumcer dewasa lainnya, juga kumcer remaja
“Cinta Sudah Lewat” (Mizan, Bandung, 2005), serta berbagai kumpulan essay dan
dua novel teenlit islami.
Sekarang Ifa tengah menunggu karya-karyanya lagi diterbitkan. Salah satu
cita-cita Ifa adalah belajar menulis artikel ilmiah sejenis jurnal,l
melanjutkan pendidikannya di bidang Creative Writing serta Materiall Science.
Saya akan mencoba memberikan sinopsis pada cerpen yang diberi judul “
Mencari Belahan Jiwa”. Cerpen ini menceritakan tentang seorang istri dari
Satria, dan seorang ibu dari tiga orang anak yaitu Aziz, Naura dan Sofwan yang
mempunyai kelainan bawaan yaitu autis, istri shalehah itu bernama Vedha.
Berawal dari teman semasa kecil Vedha yang biasa dipanggil Ve menjadi istri
Satria. Ve bersahabat dengan adik Satria, yang bernama Uci. Usia Ve satu tahun
lebih muda dari Satria dan seumur dengan Uci. Saat mereka masih kecil mereka
selalu bersama, Satria adalah pelindung bagi Ve dan Uci. Namun, kebersamaan itu
hanya sampai SMU, setelah Satria masuk Rohis dan dia menjadi Ikhwan. Namun Ve
dan Uci tak kehilangan teman mereka mendapatkan 10 orang sahabat sekaligus yang
sangat mererti mereka satu sama lain. Diantara para sahabat-sahabatnya itu,
hanya Ve yang belum mengenakan jilbab. Ve masih ingin menjadi anggota OSIS,
Cherleder, KIR dan lain sebagainya.
Di sekolah mereka, mengenakan jilbab adalah melanggar peraturan. Namun
suatu hari, Ve berbicara pada teman-temannya bahwa ia akan mengenakan jilbab.
Dan setelah Ve mengenakan jilbab banyak sekali masalah yang ditimbulkan
karenanya. Untuk itu, Ve kabur bersama Uci dan Satria. Satria menjadi orang
yang dingin dan cool. Setelah masalah selesai Ve dan Uci kembali ke rumah
masing-masing dan meneruskan hidup mereka, dan tak lama setelahnya, Satria
berbicara pada Ve bahwa ia dan Ve telah dijiodohkan sedari kecil oleh kedua
orang tuanya. Entah mengapa hati Satria sangat bimbang dan akhirnya tujuh tahun
setelahnya barulah Satria menikahi Ve. Padahal dulu ada rasa cinta pada hati
Satria untuk Ve, tetapi mengapa semua itu sedikit demi sedikit menghilang.
Keluarga kecil mereka sangatlah rukun, tetapi begitu sunyi.Ve adalah istri
yang tegar dan mandiri, ia berusaha menjadi yang terbaik bagi keluarganya,
namun itu bukan keinginan Satria.
Sampai suatu saat, Satria berkenalan dengan Bening di chat room. dan
berlanjut. Satria tak pernah bertemu Bening, mendengar suaranya pun belum.
Namun ada perasaan sejuk apabila Satria memulai percakapan dengan Bening. Ada
perbedaan pada diri Bening dan Ve, Satria ingin menolk semua rasa ini, dan ia
beranikan untuk bertemu dengan Bening… apa yang akan terjadi pada rumah tangga
Ve dan Satria?? Siapakah sebenarnya Bening itu??
Masih ada cerpen-cerpen selain cerpen diatas, diantaranya adalah “Aku Jatuh
Cinta Lagi” yang menceritakan tentang sepasang suami istri yang sangat sibuk
sehingga tidak punya waktu untuk berdua, “Reunion Potpouri” menceritakan
tentang seorang anak bangsawan Jawa yang menikah denagn rakyat biasa dan dikucilkan
oleh keluarga besarnya, “Jodoh Alin” yaitu menceritakan tentang seorang kaka
angkat yang mencarikan jodoh untuk Alin, serta masih ada lagi cerita-cerita
yang dapat kita baca dalam buku kumpulan cerpen ini.
Banyak persamaan antara cerita satu dan lainnya, yaitu mengenai masalah
suami dan istri. Tetapi cerita yang ditampilkan beragam, mulai dari yang
selingkuh, sampai suami yang dingin. Cerpen-cerpen dalam buku ini bisa
dijadikan tuntunan agar kita bisa membina keluarga dengan baik, menjadi istri
yang shalehah bagi suami, serta suami yang harus menyayangi istrinya. Namun,
cerpen-cerpen ini mempunyai kekurangan dalam segi bahasa, bahasanya terlalu
bertele-tele dan sulit dimengerti. Buku kumpulan cerpen ini cocok dibaca untuk
kalangan yang sudah berumah tangga atau sudah dewasa. Karena, bagi anak muda,
segi bahasanya sulit untuk dimengerti.
Tetapi, dari keseluruhan cerita apabila dibaca dengan seksama, banyak
sekali pesan dan amanat dari penulis yang sangat berarti apabila kita akan
melangkah ke taraf pernikahan.